![]() |
evakuasi ratusan siswa korban terseret arus deras Sungai Sempor |
KomnasAnak.com, NASIONAL - Kegiatan susur sungai oleh siswa SMP N 1 Turi, Slema,
Yogyakarta di Sungai Sempor kini menyisakan duka. Kegiatan berakhir bencana
akibat munculnya arus deras secara tiba-tiba dari hulu sungai.
Peristiwa ini terjadi pada Jumat, 21 Februari, pukul 16.00
WIB. Sebanyak 249 siswa dari kelas 7 dan 8 menjadi korban. Berikut ini adalah update
terkini dan fakta-fakta yang kami rangkum untuk anda:
1. Kepala SMP N 1
Turi tidak tahu ada susur sungai
Kepala SMP N 1 Turi, Tutik Nurdiana, mengaku jika ia tahu di
sekolahnya ada kegiatan pramuka yang dilakukan oleh ekskul pramuka. Meskipun
begitu, Tutik tidak tahu ada kegiatan susur sungai pada Jumat, 21 Februari.
“saya baru 1,5 bulan
di sini. Saya memohon maaf, kami benar-benar tidak bisa memprediksi kejadian
ini dari awal,” kata Tutik di SMP N 1 Turi, Sleman, Sabtu (22/2).
Lebih lanjut, Tutik mengungkapkan dirinya hanya tahu akan
ada kegiatan pramuka rutin. Pasalnya, guru pendamping kegiatan pramuka tidak
memberitahukan kepadanya.
“jujur saya tidak
mengetahui ada program susur sungai kemarin itu. Mereka tidak matur(bilang),
mungkin karena anak-anak Turi melakukan susur sungai itu hal biasa,” ujar
Tutik.
2. Sultan Hamengku
Buwono X meminta pempinan sekolah bertanggungjawab
Saat datang ke lokasi pada Jumat malam, 21 Februari lalu,
Sri Sultan Hamengku Buwono X mengaku sedih dan prihatin. Beliau juga meminta
semua pihak penyelenggaran mampu bertanggungjawab. Sri Sultan juga menyayangkan
susur sungai ini dilakukan pada musim hujan.
“saya mohon pimpinan
sekolah bisa bertanggungjawab atas musibah ini. Itu saja yang bisa saya
sampaikan, dengan sangat sedih dan rasa prihatin,” ungkapnya seperti
dilansir dari TribunJogja.
Sri Suktan telah eminta BPBD DIY untuk mengeluarkan surat
edaran yang meminta agar tidak enggelar kegiatan apapun di pinggir sungai.
“Saya minta untuk
mengeluarkan edaran selama musim hujan begini saya mohon anak-anak sekolah,
maupun kelompok masyarkat untuk menghindari acara program kegiatan baik anak
sekolah pramuka, asosiasi apapun menghindari berada di pinggir sungai,”
jelas beliau.
3. Semua korban telah
ditemukan
Total korban meninggal berjumlah 10 orang. 2 korban terakhr
ditemukan pada hari minggu mengambang di DAM Dukuh, Donokerto, Turi.
“total siswa saat
kegiatan 249 siswa. Korban selamat 239 dan korban meninggal 10 sswa. Korban meninggal
keseluruhan perempuan,” papar Wahyu di Dukuh Donokerto, Turi, Minggu
(23/2).
Berikut adalah nama-nama korban meninggal: Yasinta Bunga
(13), Zahra Imelda (12), Sovie Aulia (15), Arisma Rahmawati (13), Nur Azizah
(15), Lathifa Zulfaa (15), Khoirunnisa Nurcahyani Sukmaningdyah (13), Evieta
Putri Larasati (13), Faneza Dida (13), Nadine Fadila (12).
Bersama dengan ditemukannya seluruh korban, Basarnas
memutuskan menghentikan operasi pencarian pada pukul 08.00 WIB Minggu (23/2)
4. Jumlah pembina terlalu
sedikit
Ketika kegiatan susur sungai berlangsung, 249 siswa
didampingi oleh 7 orng pembina pramuka. Menurut Ketua Kwarda Pramuka DIY GKR
Mangkubumi, 7 pembina untuk 249 siswa terlalu sedikit dan jauh dari ideal.
“jumlah (siswa) yang
dibawa (susur sungai) 200 lebih, hanya tujuh pendamping. Jadi tidak bisa
menghandle sekian banyaknya,” kata Mangkubumi.
GKR Mangkubumi mengatakan pihak kwarda akan memberikan
sanksi terhadap pembina pramuka di SMP N 1 Turi jika terbukti bersalah.
Pihaknya saat ini masih menunggu hasil pemeriksaan dari kepolisian. Mangkubumi
menduga ada kelalaian dari pembina yang tidak mempertimbangkan kondisi cuaca
saat susur sungai.
5. Mendapat perhatian
dari Menko Polhukam, Mendikbud, dan Mensos
Tragedi SMP N 1 Turi mendapat perhatian dari Menko Polhukam
Mahfud MD, Mendikbud Nadiem Makarim, dan Mensos Juliari P Batubara. Mahfud
mengingatkan semua pihak agar tidak berprasangka buruk sambil menunggu hasil
pemeriksaan dan evakuasi.
Sementara Nadiem menyampaikan bela sungkawanya, serta
meminta sekolah mengutamakan keamanan dan keselamatan siswa. Nadiem juga
berharap setiap siswa yang mengalami pemulihan. Sedangkan kementerian Sosial
siap memberi layanan trauma healing berupa pendampingan, sebagai upaya
memulihkan kondisi mental para korban musibah SMP N 1 Turi.
6. Pembina Pramuka
menjadi tersangka
Polisi telah menetapkan IYA, seorang pembina pramuka
sekaligus guru SMP N 1 Turi sebagai tersangka tragedi susur sungai.
Hal itu diungkapkan oleh Kabid Humas Polsa DIY, Kombes
Yulianto, Sabtu (22/2). Penetapan tersangka dilakukan setelah polisi melakukan
gelar perkara dan memeriksa 13 saksi.
“dari hasil gelar
perkara tadi siang yang dipipin Dirkrimum Polda DIY, hasilnya menaikkan status
penyelidikan menjadi penyidikan,” kata Yulianto.
“sehingga kami
menaikkan status dari saksi dengan inisial IYA sebagai tersangka,”
jelasnya.
IYA menginisiasikan susur sungai di lokasi tersebut. “IYA ini adalah pembina pramuka dia
menginisiasi untuk kegiatan susur sungai di lokasi itu dan dia juga meruoakan
guru di SMP,” kata Yulianto.
IYA dikenakan pasal 359 KUHP tentang kelalaian yang
menyebabkan orang lain meninggal dunia.
Selai itu, polisi mengenakan pasal 360 KUHP, karena
kelalaian yang menyebabakan orang lain luka-luka dengan ancaman hukuman
maksimal 5 tahun penjara.
Namun, Yulianto mengatakan walaupun menjadi tersangka, IYA belum
ditahan untuk menunggu pemeriksaan lebih lanjut.
(Editor: Melina Nurul Khofifah)
0 Komentar