![]() |
Anak tiga tahun di Inggris yang dirawat intensif dengan sindrom Kawasaki |
KomnasAnak.com, NASIONAL - Beberapa dokter di berbagai wilayah di dunia telah
melaporkan adanya kasus sindrom peradangan yang jarang terjadi namun berpotensi
mematikan pada anak-anak. Peneliti berasumsi sindrom ini erat kaitannya dengan
infeksi Coronavirus.
Sindrom ini dilaporkan terjadi hampir 100 kasus di
setidaknya enam negara, Inggris, AS, Italia, Spanyol, dan Swiss.
Kasus pertama terungkap minggu ini ketika NHS (National
Health Services) mengeluarkan peringatan kepada dokter anak tentang adanya
sejumlah anak yang dirawat di unit perawatan intensif dengan gejala syok
toksik. Kondisi ini mirip dengan yang dikenal sebagai penyakit Kawasaki, yaitu
gangguan peradangan langka yang mempengaruhi pembuluh darah, jantung, dan organ
lain. Sejauh ini, 19 anak di Inggris dinyatakan terkena sindrom ini dan tidak
ada kasus kematian.
Menteri Kesehatan Prancis, Olivier Veran, mengatakan jika di
negaranya telah ada lebih dari 12 anak dengan peradangan sekitar jantung.
Karena belum ada cukup bukti jika sindrom ini berkaitan dengan COVID-19,
pemerintah Prancis akan menanganinya dengan serius.
Dalam radio berita Franceinfo, Veran mengatakan bahwa dia
telah menerima peringatakan dari Paris tentang “15 anak dari segala usia”. Dia
juga menambahkan jika kasus lain telah dilaporlan di Spanyol, Italia, dan Swiss.
Gejala yang tercatat antara lain demam, masalah pencernaan, dan peradangan
pembuluh darah.
Setidaknya ada tiga anak di AS berusia enam bulan hingga
delapan tahun dirawat dengan kondisi yang sama. Mark Golerik, spesialis yang
merawat pasien di Pusat Medis University of Columbia di New York, mengatakan
jika semua pasien menderita demam serta radang jantung dan usus. “Saat ini kami
masih mencoba memahami apa yang menyebabkannya,” katanya pada reuters. Gorelik
percaya bahwa kasus tersebut bukan penyakit Kawasaki, tapi merupakan kondisi
serupa dengan penyebab sama, yaitu agen infeksi yang memicu respons kekebalan
tubuh.
Menurut laporan dari Standford University di California, salah
satu dari tiga pasien di New York adalah aak berusia 6 bulan. Anak tersebut
dirawat di rumah sakit dengan penyakit Kawasaki namun kemudian didiagnosis
dengan COVID-19.
Ada banyak anak dengan sindrom ini dinyatakan positif
COVID-19, tapi ada juga yang tidak. Itu berarti sindrom tidak ada kaitannya
dengan coronavirus, mungkin anak-anak telah sembuh dari infeksi coronavirus
sebelum mereka di tes, atau infeksi virus tidak terdeteksi.
Beberapa dokter memperkirakan jika sindrom itu merupakan “respon
peradangan pasca infeksi” dimana sistem imun bereaksi berlebihan setelah adanya
infeksi. Ini menunjukkan bahwa ada dua fase infeksi penyakit pada anak, infeksi
awal dan respn imun sekunder yang terjadi kemudian.
Dr Nazima Pathan, seorang konsultan perawatan intensif anak
di Cambridge mengatakan, jumlah anak yang dirawat di unit perawatan intensif
denan COVID-19 relatif rendah, tetapi beberapa diantaranya menunjukkan gejala
sindrom syok toksik dan penyakit Kawasaki.
“Anak-anak ini memiliki respons peradangan yang parah dan
berkepanjangan terhadap infeksi COVID-19 dan mereka tidak memiliki penyakit
paru-paru yang parah, tidak seperti kebanyakan kasus pada orang dewasa,”
katanya.
“Sementrara ini situasi masih berkembang, jelas bahwa
gejala-gejala ini dilaporkan hanya dalam beberapa kasus,” tambah Pathan. “Pesan
penting adalah jika orang tua khawatir tentang kesehatan anak-anak mereka,
mereka harus segera mencari saran medis.”
Sindrom baru yang belum disebutkan namanya ini mendominasi
diskusi antara dokter terkemuka di teleconference tentang COVID-19 pada
anak-anak yang diselenggarakan Selasa (28/4/2020) oleh WHO.
Kasus pertama yang di ketahui muncul di Inggris pada tiga
hingga empat minggu lali. Para dokter sedang memeriksa catatan medis anak-anak
yang sedang dirawat intensif awal tahun ini untuk mengecek apakah kasus ini
pernah terlewatkan.
(Editor: Melina Nurul Khofifah)
0 Komentar