KomnasAnak.com, NASIONAL - Salah satu badan PBB memperingatkan anak-anak muda yang telah
menghabiskan waktu lebih online lebih lama karena pandemi COVID-19 lebih berisiko
mengalami cyberbullying, Selasa (5/5).
International Telecommunications Union (ITU), lembaga yang
berbasis di Jenewa, memperkirakan bahwa 1,5 miliar anak terpaksa menjalani
sekolah, kehidupan sosial, dan hobi mereka secara daring akibat karantina
wilayah.
“Banyak anak-anak memasuki dunia daring lebih awal dari yang
orang tua mereka lakukan, pada usia yang jauh lebih belia, dan tanpa
keterampilan yang diperlukan untuk melindungi diri mereka sendiri dari
kekerasan daring atau cyberbullying,” kata Doreen Bogdan-Martin, seorang
direktur ITU.
“Hal lain adalah lama waktu yang dihabuskan anak-anak di
dunia daring baik untuk sekolah atau untuk hiburan, bermain game, dan
bersosialisasi setelah pembelajaran mereka selesai,” tambahnya.
Bogdan-Martin menambahkan ITU sedang mengembangkan standar dan
protokol sedang mempercepat pembuatan rekomendasi pelindungan anak daring dan akan
meluncurkannya dua minggu ke depan.
Dokter dan psikolog telah memperngatkan tentang dampak
pandemi COVID-19 dan mengatakan penyebaran virus ini telah memicu kecemasan
bahkan trauma bagi anak-anak.
ITU mencatat bahwa internet adalah “garis hidup digital
vital”, dan pandemi telah membuat kesenjangan digital antara mereka yang
memiliki dan tidak memiliki akses internet.
Bogdan-Martin menambahkan jika kurangnya kases internet
dapat menghancurkan pendidikan anak-anak. Ia juga mengutarakan bahwa ITU
bekerja sama dengan UNICEF untuk berkomunikasi lewat teknologi 2G.
“Jika ada satu hal tak terduga dalam beberapa bulan ini yang
diilustrasikan secara dramatis adalah vitalnya dan esensialnya konektivitas,”
kata Bogdan-Martin.
ITU memperkirakan sebanyak 3,6 miliar orang tidak memiliki
akses internet, dan banyak dari mereka membayar terlalu mahal untuk koneksi
yang buruk.
(Editor: Melina Nurul Khofifah)
0 Komentar