![]() |
Ilustrasi gejala Penyakit Kawasaki pada anak |
KomnasAnak.com, NASIONAL - Di masa pandemi ini, penting untuk melindungi kesehatan
anak. Meskipun Anak-anak adalah kelompok usia yang paling tidak berisiko
terjangkit virus corona. Tapi bukan berarti anak-anak aman dari ancaman virus
corona. Terlebih, ada fenomena komplikasi mirip penyakit Kawasaki pada anak
positif COVID-19.
Penyakit Kawasaki adalah kondisi peradangan pada dinding
pembuluh darah. Lebih sering pada pembuluh darah koroner yang bertugas
menyuplai darah ke otot jantung. Gejalanya meliputi demam tinggi, mata merah,
ruam merah di badan dan area genital, hingga pembengkakan di beberapa area
tubuh. Ditemukannya gejala ini pada anak yang positif COVID-19 menimbulkan
dugaan hubungan antara dua penyakit tersebut.
Adanya penyakit Kawasaki ini banyak dilaporkan di Eropa dan
Amerika. Minggu lalu WHO memutuskan untuk menyelidiki hubungan penyakit Kawasaki
dan COVID-19 yang telah menjangkiti lebih dari 100 anak ini.
Meski begitu, perlu diketahui bahwa tidak semua anak-anak
positif COVID-19 mengalami gejala penyakit Kawasaki. Ada kemungkinan gejala ini
disebabkan oleh keterlambatan reaksi imun saat menghadapi virus corona, yang
berujung pada timbulnya gejala mirip penyakit Kawasaki.
Kawasaki adalah penyakit langka, sehingga peningkatan jumlah
kasus penyakit ini akan samar terlihat, apalagi jika polanyna cukup rapi dan terjadi
saat pandemi. Meski sudah menunjukkan pola, masih terlalu dini untuk menganggap
penyakit Kawasaki dan COVID-19 punya hubungan yang pasti. Singkatnya waktu dan
kurangnya bukti penelitian menjadi faktor yang membuat informasi ini perlu
disikapi secara bijak.
Jika memang komplikasi tersebut bisa dipastikan sebagai
penyakit Kawasaki, maka ada beberapa langkah yang bisaa kita lakukan untuk
menyembuhkannya, yaitu melaui pemberian immunoglobulin atau konsumsi aspirin
dosis tinggi.
Anak-anak yang terkena penyakit ini umumnya bisa sembuh
dengan baik apabila perawatan dilakukan segera setelah gejala muncul. Pada beberapa
kasus Kawasaki yang tidak segera diobati tidak hanya menyebabkan komplikasi,
tapi juga kematian.
(Editor: Melina Nurul Khofifah)
0 Komentar