![]() |
ilustrasi anak sakit (Foto: Tempo.co) |
KomnasAnak.com, NASIONAL - Anak
dianggap sebagai golongan usia dengan tingkat paparan COVID-19 terendah pada
awal penyebaran pandemi. Namun, pada perkembangannya, Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) memaparkan fakta bahwa tingkat penularan virus corona pada
anak di Indonesia cukup tinggi.
Rilis resmi
IDAI per 18 Mei 2020 menyatakan 584 anak positif COVID-19 dan 14 anak
diantaranya meninggal dunia. Sementara itu anak berstatus PDP berjumlah 3.324
dan 129 diantaranya dinyatakan meninggal.
Tingginya tingkat
penularan virus corona pada anak di Indonesia dibenarkan oleh Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA). Hingga 28 Mei 2020,
total anak terpapar COVID-19 mencapai 5 persen dari total kasus yang dilaporkan
ke pemerintah.
Dampak virus
corona pada anak tidak seperti yang dikabarkan sebelumnya. Pada awal Maret
2020, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC)
menyatakan gejala gejala COVID-19 pada anak tidak fatal seperti orang dewasa.
Namun belakangan,
CDC merevisi pernyataan tersebut dan menyebut bahwa gejala anak terinfeksi
virus corona mirip dengan kondisi Multisystem Inflamantory Syndrome in Children
(MIS-C).
MIS-C
adalah kondisi ketika ada bagian tubuh anak yang meradang, seperti jantng,
paru-paru, ginjal, otak, kulit, mata, hingga organ pencernaan. CDC menjelaskan
virus corona memang ditemukan pada anak maupun orang dewasa yang menderita
MIS-C.
Gejala
MIS-C sendiri mirip dengan penyakit Kawasaki sehingga di awal kemunculannya,
banyak laporan medis yang menyatakan demikian. Tanda infeksi virus corona pada
anak terseuut adalah demam, sakit perut hingga diare, muntah, sakit leher,
muncul ruam dan mata merah, dan merasa sangat lelah.
Dalam kasus
parah, anak dengan virus corona juga dapat memperlihatkan tanda yang gawat,
seperti sesak napas, sakit perut parah, dan bibir serta wajah kebiruan. Jika sudah
muncul tanda-tanda ini, segera bawa anak ke rumah sakit.
Anak-anak
yang terinfeksi virus corona dengan gejala MIS-C bisa berujung pada komplikasi
serius hingga kematian. Namun, sebagian besar anak bisa sembuh dengan
pengobatan medis, terutama bila gejalanya ditemukan sejak awal.
Dengan adanya temuan ini, orang tua diharapkan lebih berhati-hati lagi dalam menjaga anak-anaknya. Membekali anak perlengkapan diri seperti masker dan hand sanitizer saat di luar rumah dan menerapkan jaga jarak dapat menjadi cara tepat. Persiapkan anak menghadapi new normal dengan cukupi asupan gizi untuk mendukung sistem imunnya.
(Editor: Melina Nurul Khofifah)
0 Komentar