KomnasAnak.com, NASIONAL - Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Dr. Yogi Prawira mengungkapkan anak yang meninggal akibat positif COVID-19 di
Indonesia telah lebih dari 20 anak.Dr. Yogi Prawira, Ketua Satgas COVID-19 IDAI (Foto: KumparanMOM)
“Ya, hingga hari ini sudah lebih dari 20 anak meninggal
karena viruc corona,” kata Dr Yogi melansir dari kumparanMOM, Jumat (5/6).
Sebelunya, Dr Yogi telah menyampaikan hal yang sama dalam
diskusi daring yang diadakan oleh Human Initiative pada Kamis (4/6). Pada kesempatan
tersebut, dia juga menunjukkan data dari Kementerian kesehatan (kemenkes).
“Data yang saya tampilkan ini dari Kemenkes per 22 Mei lalu,
total pasien anak kurang dari 18 tahun mencapai 19.196. rinciannya 954 OTG,
10.375 ODP, 7.152 PDP, dan 715 terkonfirmasi positif COVID-19,” ujarnya.
Dr Yogi kemudian menjelaskan bahwa dari data tersebut, ada
yang dirujuk, dirawat, sebagian sembuh, namunada jug yang akhirnya meninggal
dunia.
“Sekitar 452 meninggal, namun dari data keseluruhan. Jadi bukan
hanya yang terkonfirmasi positif tadi. Kami berusaha menganalisis mengenai
penyebab kematian dan berapa persentase berdasarkan usia. Bayi itu 39 persen
paling tinggi, balita 31 persen, kemudian anak usia sekolah dan emaja sekitar
26 persen,” paparnya.
Lantas mengapa angka kematian anak akibat COVID-19 di
Indonesia tinggi? Dr Yogi menjelaskan sebenarnya angka mortalitas sebelum
pandemi di Indonesia sendiri sudah cukup tinggi. Sebagai contoh, data dari
tahun 2017 menyebutkan, mortalitas pda balita di Indoneisa mencapai 25,4 per
1000 sementara Malaysia hanya 8,4 per 1000.
Angka tersebut terkait dengan 5 penyakit yang paling banyak
menyebabkan kematian pada anak di Indonesia, yaitu: pneumonia, cedera, diare,
campak dan AIDS.
Tidak hanya itu, kondisi gizi anak pun berkaitan. Berdasarkan
data dari 2018 lallu sebanyak 30,8 persen balita di Indonesia mengalami
stunting.
“Artinya anak-anak Indonesia masih banyak yang mengalami
gangguan atau masalah gizi yang kronik, maka imunitas terganggu. Adi bisa
dibilang, modalnya sudah bermasalah,” imbau Dr Yogi.
IDAI terus mengimbau semua pihak untuk mengutamakan hak
untuk sehat anak di masa pandemi COVID-19.
“Intinya, kita minta awareness dari masing-masing. Selama wabah
belum bisa dikendlikan, jangan lengah, angan mengendur. Mungkin saat ini kita
capek, lelah harus WFH dan mengajari anak di rumah. Tapi percayalah itu jauh
lebih ringan dibandingkan harus dipisahkan dari anak yang sakit kritis dan
masuk PICU (Pediatric Intensive Care Unit)
karena COVID-19,” pesan Dr Yogi.
0 Komentar