KomnasAnak.com, NASIONAL - Lembaga Pelatihan dan Konsultasi Inovasi Pendidikan Indonesia
(LPKIPI) bersama dengan UNICEF telah menyelenggarakan webinar bertema Praktik
Baik Sekolah Inklusif pada Senin (29/6). Salah satu bahasan webinar tersebut adalah
gerakan literasi sekolah dengan membuat perpustakaan sekolah yang inklusif. Fokus
dalam webinar ini adalah literasi sekolah di Bondowoso.Founder Rumah Literasi Indonesia, Tunggul Haryanto dalam Webinar LPKIPI dan UNICEF
Founder Rumah Literasi Indonesia, Tunggul Haryanto mengatakan
ada tiga tahapan dalam gerakan literasi sekolah. Yaitu pembiasaan, pengembangan,
dan pembelajaran.
“Kalau saya lihat beberapa sekolah di Bondowoso. Memang pembiasaan
ini sudah dilakukan. Hampir kalau bicaraliterasi sekolah, guru-gurunya selalu
menjawab serempak, yakni membaca 15 menit sebelum mata pelajaran dimulai. Cuma itu,
yang lainnya tidak ada,” katanya.
Selanjutnya adalah pengembangan. Menurut Tunggul, ada
beberapa sekolah percontohan yang sudah meningkatkan kemampuan literasi dengan
buku-buku pengayaan.
Tahap terakhir adalah pembelajaran. Yaitu bagaimana
perpustakaan membangun kolaborasi atau konektifitas. Tidak hanya bagi arga
sekolah tapi juga luar sekolah.
“Karena di aturan, gerakan literasi sekolah ada poin, satuan
unit pendidikan ada peran keluarga dan masyarakat yang betul-betul dibutuhkan,”
jelasnya.
Pihaknya berharap, kondisi merdeka belajar perlu diciptakan
bersama. Meskipun nantinya, LPKIPI tidak hadir lagi di Bondowoso, tapi proses
gerakan literasi sekolah dan kemerdekaan belajar tetap bisa dipantau.
“Terpenting adalah, bagaimana relawan lokal, guru penggerak
di Bondowoso punya kontribusi 70 hingga 80 persen. Sehingga semangat membangun
pendidikan inklusif itu bisa diwujudkan,” harapnya.
Ada tiga pemateri yang dihadirkan oleh LPKIPI dan UNICEF
dalam webinar Praktik Baik Sekolah Inklusif, yaitu Praktisi Pendidikan Inklusif,
Masfufah; Dinas Pendidikan Bondowoso diwakili oleh Sujito; dan Founder Rumah
Literasi Indonesia, Tunggul Haryanto.
0 Komentar