KomnasAnak.com, NASIONAL - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
(Kemen PPPA) menyebut pandemi COVID-19 membuat keadaan dan kondisi mental anak
memburuk akibat depresi dan kecemasan. Oleh karenanya, dibutuhkan
langkah-langkah ramah anak untuk menjaga kesehatan mental, salah satunya
informasi digital menarik dan menghibur anak.Media talk dengan tema Yuk Jaga Keamanan dan Kenyamanan Diri Selama Berada di Rumah
“Anak dan remaja cenderung mengalami depresi dan kecemasan
selama maupun setelah prses isolasi sosial berakhir. Berdasarkan hasil Survei
U-Report UNICEF Indonesia selama 2-5 Juni 2020, menunjukkan bahwa 42% pelajar
sekolah membutuhkan materi KIE terkait kesehatan mental, 68% anak menilai bahwa
materi tersebut akan sangat efektif dan dapat diterima anak dengan baik jika
disalurkan melaui media sosial dan dikemas dalam bentuk video yaitu film pendek,”
ungkap Ali Aulia Ramly, spesialis perlindungan anak dari UNICEF Indonesia dalam
acara Media Talk dengan tema ‘Yuk Jaga Keamanan dan Kenyamanan Diri Selama
Berada di Rumah’ pada Jumat, 10 Juli.
Ali Aulia menambahkan persoalan kesehatan jiwa harus
diperhatikan dengan serius karena jika diabaikan akan menimbulkan masalah lain
seperti beban biata yang tinggi.
Asisten Deputi Bidang Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi, Valentina
Ginting mengungkapkan sejak awal masa pandemi COVID-19, Kantor Staf
Kepresidenan bersama Kemen PPPA, Kemenkes, Kementerian Kominfo, dan Himpunan
Psikologi Indonesia (HIMPSI) telah menyediakan Layanan Psikologi Sehat Jiwa
(SEJIWA) untuk memberikan dukungan layanan edukasi, konsultasi dan pendampingan
melaui upaya pencegahan, penanganan, dan pemulihan bagi perempuan dan anak yang
terdampak COVID-19. Mekanisme pelayanan SEJIWA dilakukan secara online maupun
offline.
“Sejak diluncurkan pada 29 April 2020, layanan SEJIWA sudah
banyak menerima aduan, hingga 25 Juni 2020, diketahui ada 151 aduan melibatkan
anak seperti kasus kekerasan fisik terhadap anak, misanya anak dicubit atau
sering dimarahi. Selain itu, ada 479 aduan kasus yang dialami perempuan dan
sebagian besar mengalami kekerasan dalam rumah tangga, serta masalah keuangan,”
tambah Valentina.
Dia menjelaskan Kemen PPPA memberi pendampingan sampai
tingkat desa dengan melibatkan aktivis Perlindungan Anak Terpadu Berbasis
Masyarakat (PATBM) Desa terkait. Bila korban membutuhkan pelayanan psikologis,
Kemen PPPA akan berkoordinasi dengan Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan
Perempuan dan Anak (UPTP PPA) untuk memberikan pendampingan lebih lanjut.
Seorang Siswi SMPLB-B Yaat Klaten, Yasmine, adalah salah
satu anak yang terdampak COVID-19. Dia telah membuat karya gambar komik digital
agar menarik dibaca dan menjaga kesehatan mental teman-temannya.
Yasmine juga menyampaikan beberapa tips untuk menjaga
kesehatan mental, yaitu: tidak sedih dan khawatir berlebihan, membuat jadwal
rutinitas, mencari pengalihan dengan menyalurkan hobi, tetap berkomunikasi
dengan teman-teman, menyayangi diri sendiri dan orang lain, makan makanan
sehat, serta tidak mudah menerima kabar bohong.
Selain itu, perwakilan Forum Anak Surabaya, Neerzara Checa
menilai kondisi keluarga sangat berpengaruh pada kondisi mental anak. Untuk
memastikan kesehatan mental anak-anak, Forum Anak Surabaya telah mengikuti Workshop
Komunikasi dan Informasi anak yang diadakan oleh UNICEF Indonesia.
Pada workshop tersebut, Neerzara mengungkapkan dirnya
bersama tim telah membuat video, komik, dan poter digital yang disebarkan di
media sosial. Serta komik dan poster dalam bentuk manual. Neerzara juga ikut
memastikan agar semua materi komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tersebut
bersifat inklusi dan dapat dinikmati seluruh anak penyandang disabilitas.
0 Komentar