KomnasAnak, Jawa Tengah - Berbagai ancaman yang mengincar anak saat bermain di dunia
maya hendaknya menjadi perhatian khusus bagi orangtua. Hal tersebut diutarakan
oleh Kepala Seksi Perlindungan Anak DP3AP2KB Jawa Tengah, Isti Ilma Patriani.Ilustrasi anak bermain gawai (Foto: AyoSemarang.com)
Menurutnya, peran orangtua untuk mengontrol penggunaan gawai
oleh anak sangat penting untuk mengetahui apa saja yang diakses anak.
“Ancaman d dunia maya ini harus jadi perhatian orangtua. Bahkan
fenomena yang ada itu, anak-anak berpotensi jadi korban eksploitasi seksual
anak,” ujarnya saat live Instagram bersama Siti Atiqoh Ganjar Pranowo, Kamis
(9/7).
Siti menerangkan potensi anak menjadi korban eksploitasi
seksual datang secara bertahap. Pertama adalah tahap perkenalan anak dengan
pelaku di dunia maya, sedangkan pelaku menggunakan akun media sosial palsu.
“Padahal pelaku itu sebenarnya orang dewasa. kemudian mereka
berinteraksi secara intens dan lama kelamaan anak akan memberikan
kepercayaannya. Di mana anak mungkin akan embagi e-mailnya akun sosialnya,” imbuhnya.
“Di sini pelaku sudah akan bertindak dengan mengirimi
gambar-gambar tidak senonoh dan bujuk rayunya. Seperti meminta ngobrol yang menjerumus
pornografi, dan bahkan bisa saja meminta foto dan lainnya. Sehingga ada ancaman
dari pelaku, akan menyebarkan fotonya atau lainnya. Di sini pelaku akan minta
imbalan uang atau malah ngajak berhubungan seks. Ada kasus tersebut yang kita
tangani,” sambung Siti.
Ancaman selanjutnya adalah perundungan daring (cyberbullying) yang berpotensi memunculkan
kekerasan fisik dan psikis anak di dunia nyata. Orangtua perlu memberi
pemahaman kepada anak tentang hal-hal yang dapat menyinggunug perasaan orang lain.
Masalah lain adalah kecanduan gim dengan unsur kekerasan. Hal
tersebut akan terekam di alam bawah sadar mereka, dan secara tidak sadar akan
menirunya di kehidupan nyata.
“Belum lagi konten yang mengandung pornografi. Sehingga para
orangtua perlu disiplin atau aturan yang jelas kapan anak itu dikenalkan dengan
gadget,” ucapnya.
“Bagi anak-anak yang sekiranya sudah boleh mengakses gadget,
kita juga tidak serta merta kita melarang boleh pegang hape, tapi anak kita
dorong melek teknologi dengan pengawasan orangtua. Kita harus tanamkan kepada
anak mana yang boleh dan tidak boleh di akses anak dan di share,” tambahnya.
0 Komentar