KomnasAnak.com, NASIONAL - Sejumlah hasil studi menunjukkan bahwa anak dan remaja Asia
lebih mungkin kecanduan internet dibandingkan anak-anak di Eropa. Dokter Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Dr. dr. Kristina Siste, SP.Kj (K) mengatakan
hal tersebut bisa dipengaruhi perbedaan pola asuh.(Foto: Suara.com)
“Ada literature secara kultural kemudian yang menjelaskan, karena
beban anak dan remaja secara akademik di negara Asia sangat tinggi. Bagaimana parenting
orangtua di negara Asia berbeda dengan di Barat,” ujar Kristiana dalam webinar
bersama Kemenkes, Rabu (5/8).
Dia memaparkan, orangtua Asia cenderung mengutamakan nilai
akademis anaknya daripada keahlian di bidang lain. Anak juga dituntut untuk
mendapat nilai sempurna pada pelajaran eksakta atau sains. Hal itu akhirnya
membuat beban berlebih pada anak.
“Kalau di negara Barat berbeda, bukan cuma akademik yang
diperlihatkan. Tapi anak-anak juga lebih di bidang lain juga dihargai. Juga ada
istilah kalau orangtua di Asia sifatnya demanding, dia menjaga, menyediakan
kebutuhan tapi demanding-nya tinggi,” paparnya.
Akibatnya, anak bisa mengalami depresi sehingga mereka melampiaskannya
lewat bermain internet.
Kristina juga menyinggung bagaimana orangtua harus
menerapkan pola asuh autoritari. Artinya, orangtua membuat aturan sekaligus
menjelaskan alasan mengapa aturan tersebut dibuat.
Dia mencontohkan seperti mengajarkan memilah konten digital.
Orangtua perlu menjelaskan tepat atau tidaknya konten yang dibuat anak. Juga, memilah
konten yang patut diunggah dan dilihat anak. Serta reaksi terhadap bentuk
konten tersebut.
“Jadi mengajarkan kepada anak kalau ada konten negatif maka
harus bisa mengajarkan anak bereaksi terhadap konten negatif seperti apa. Kita boleh
mengajarkan konten ini negatif maka apa yang harus kita lakukan,” tutupnya.
0 Komentar