KomnasAnak.com, NASIONAL - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengakui adanya dampak negatif akibat pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Salah satunya adalah ancaman putus sekolah yang dampaknya bisa seumur hidup.
Hal itu diungkapkan Nadiem melalui konferensi pers
Penyesuaian Kebijakan Pembelajaran Selama Pandemi COVID-19, Jumat (7/8).
Menurutnya, PJJ memiliki 3 dampak negatif. Pertama adalah
putus sekolah karena anak harus bekerja membantu orangtua selama pandemi.
“PJJ tak optimal, akhirnya putus sekolah. Persepsi orangtua
juga berubah, sehingga ancaman putus sekolah ini riil bisa berdampak seumur
hidup,” ujar Nadiem.
Dampak kedua adalah penurunan capaian belajar. Penyebabnya karena
kesenjangan kualitas akses teknologi. Selain itu, ada resiko learning loss
karena PJJ tidak efektif.
“Ada risiko kita punya generasi dengan learning loss. Lost
Generation,” katanya.
Ketiga adalah risiko kekerasan pada anak dan risiko
eksternal. Ada juga ancaman peningkatan kekerasan anak dan anak menjadi stres
akibat tidak bertemu temannya.
“Ada juga dampak psikologis untuk PJJ berkepanjangan ini rill,”
ujarnya.
Sebelumnya, pemerintah mengumumkan adanya penyesuaian
kebijakan pembelajaran di masa pandemi COVID-19. Ketua Satgas Penanganan
COVID-19 Letnan Jenderal TNI Doni Monardo pun mengungkapkan alasan dibalik
keputusan membuka sekolah di luar zona hijau.
Menurutnya, satgas telah melaporkan kepada Presiden Joko
Widodo bila Indonesia tidak bisa dilihat dari satu sisi, melainkan harus menyeluruh.
“Ternyata setelah memasuki bulan kelima, maka bisa melihat
tidak semua wilayah nasional kita memiliki risiko yang sama. Artinya, ada
daerah kabupaten/kota yang risiko tinggi, ada daerah risiko sedang, rendah, dan
tidak terdampak. Ada 35 kabupaten/kota sampai hari ini, 51 kabupaten/kota tidak
ada kasus, angka kematian satu bulan 0 dan sembuhnya sampai 100%,” kata Doni.
(Editor: Melina Nurul Khofifah)
0 Komentar